Musoshare Note -
(c) effortlab
(c) effortlab
Di Indonesia, jarum yang sudah tidak dipakai akan dibuang begitu saja, hal ini sangat berbeda dengan kebiasaan di Jepang. Di negara yang terkenal dengan mie ramen-nya itu, jarum sangat dihormati. Jarum tidak sekedar benda yang digunakan sebagai alat menjahit yang akan dibuang saat sudah tidak dipakai. Jarum-jarum yang tidak terpakai lagi itu akan didoakan dan dimakamkan dalam festival yang diadakan satu tahun sekali.
(c) JapanNTD/youtube.com
Nama festival tersebut adalah Hari Kuyo, atau Broken-Needle Ceremony yang diadakan setiap tanggal 8 Februari. Festival ini terbuka bagi siapa saja, tetapi pengunjung terbesar adalah wanita, karena wanita yang paling sering memakai jarum untuk menjahit. Mereka akan datang pada acara Hari Kuyo memakai kimono. Ritual ini bertujuan untuk mengenang jasa jarum yang telah membantu manusia untuk membuat baju atau menjahit baju yang sobek.
Hari Kuyo diadakan di kuil dan menjadi acara sakral. Ritual yang sudah berlangsung ratusan tahun ini mengharuskan para wanita menancapkan jarum yang sudah tidak terpakai di atas tahu. Tahu adalah simbol kelembutan dan putih yang suci, digunakan sebagai media yang cocok untuk 'peristirahatan terakhir' jarum. Kemudian sang pemilik jarum akan berdoa serta berterima kasih pada sang jarum atas jasa-jasanya.
(c) JapanNTD/youtube.com
Sayangnya, tradisi yang unik ini mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Kebanyakan, yang menghadiri Hari Kuyo adalah wanita paruh baya yang berprofesi sebagai pembuat kimono. Walau demikian, masih ada desainer muda yang berpartisipasi dalam acara tersebut, seperti yang bisa Anda lihat dalam video di atas. Kemeriahan dan keunikan Hari Kuyo juga ada dalam video tersebut.
Jika Anda jalan-jalan ke Jepang di awal bulan Februari, jangan lupa melihat acara ini ya!
Tidak ada komentar: Unik, Festival Mendoakan dan Memakamkan Jarum di Jepang
Posting Komentar